Baru-baru ini dapat tugas baca dan meringkas, judulnya berita bohong (Haditsul Ifki)..
langsung aja deh ana share... ^^
cekidot....
langsung aja deh ana share... ^^
cekidot....
Dalam
perjalanan pulang kaum Muslimin dari perang Bani Mustahliq inilah tersiar
berita bohong bertujuan merusak keluarga Nabi saw. Berikut ini ringkasan dari
riwayat yang tertera di dalam Ash-Shahihain.
Aisyah ra
meriwayatkan bahwa dalam perjalanan ini ia ikut keluar bersama Rasulullah saw.
Aisyah ra berkata: “Setelah selesai dari peperangan ini Rasulullah saw bergegas
pulang dan memerintahkan orang-orang agar segera berangkat di malam hari. Di
saat semua orang sedang berkemas-kemas hendak berangkat, aku keluar untuk
membuang hajat, aku terus kembali hendak bergabung dengan rombongan. Pada saat
itu kuraba-raba kalung leherku, ternyata sudah tak ada lagi. Aku lalu kembali
lagi ke tempat aku membuang hajatku tadi untuk mencari-cari kalung hingga dapat
kutemukan kembali.
Di saat aku
sedang mencari-cari kalung, datanglah orang-orang yang bertugas melayani unta
tungganganku. Mereka sudah siap segala-galanya. Mereka menduga aku berada di
dalam haudaj (rumah kecil terpasang di atas punggung unta) sebagaimana dalam
perjalanan, oleh sebab itu haudaj lalu mereka angkat kemudian diikatkan pada
punggung unta. Mereka sama sekali tidak menduga bahwa aku tidak berada di dalam
haudaj. Karena itu mereka segera memegang tali kekang unta lalu mulai berangkat
…!
Ketika aku
kembali ke tempat perkemahan, tidak aku jumpai seorang pun yang masih tinggal.
Semuanya telah berangkat. Dengan berselimut jilbab aku berbaring di tempat itu.
Aku berfikir, pada saat mereka mencari-cari aku tentu mereka akan kembali lagi
ke tempatku. Demi Allah, di saat aku sedang berbaring, tiba-tiba Shafwan bin
Mu‘atthal lewat. Agaknya ia bertugas di belakang pasukan. Dari kejauhan ia
melihat bayang-bayangku. Ia mendekat lalu berdiri di depanku, ia sudah mengenal
dan melihatku sebelum kaum wanita dikenakan wajib berhijab. Ketika melihatku ia
berucap: “Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un! Istri Rasulullah?“ Aku pun
terbangun oleh ucapan itu. Aku tetap menutup diriku dengan jilbabku .. Demi
Allah, kami tidak mengucapkan satu kalimat pun dan aku tidak mendengar ucapan
darinya kecuali ucapan Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un itu. Kemudian dia
merendahkan untanya lalu aku menaikinya. Ia berangkat menuntun unta kendaraan
yang aku naiki sampai kami datang di Nahri Adh-Dhahirah tempat pasukan turun
istirahat. Di sinilah mulai tersiar fitnah tentang diriku. Fitnah ini berumber
dari mulut Abdullah bin Ubay bin Salul.
Aisyah ra
melanjutkan : Setibanya di Madinah kesehatanku terganggu selama sebulan. Saat
itu rupanya orang-orang sudah banyak berdesas-desus berita bohong itu,
sementara aku belum mendengar sesuatu mengenainya. Hanya saja aku tidak melihat
kelembutan dari Rasulullah saw, yang biasa kurasakan ketika aku sakit. Beliau
hanya masuk lalu mengucapkan salam dan bertanya: “Bagaimana keadaanmu?“ Setelah
agak sehat aku keluar pada suatu malam bersama Ummu Mastha untuk membuang
hajat. Waktu itu kami belum membuat kakus. Di saat kami pulang, tiba-tiba kaki Ummu
Mastha terantuk sehingga kesakitan dan terlontar ucapan dari mulutnya: “Celaka
si Masthah!“ Ia kutegur: “Alangkah buruknya ucapanmu itu mengenai seorang dari
kaum Muhajirin yang turut serta dalam perang Badr?“ Ummu Mastha bertanya
:“Apakah anda tidak mendengar apa yang dikatakannya?“ Aisyah ra melanjutkan: Ia
kemudian menceritakan kepadaku tentang berita bohong yang tersiar sehingga
sakitku bertambah parah … Malam itu aku menangis hingga pagi hari, air mataku
terus menetes dan aku tidak dapat tidur.
Kemudian
Rasulullah saw mulai meminta pandangan para sahabatnya mengenai masalah ini. Di
antara mereka ada yang berkata: “Wahai Rasulullah mereka (para istri Nabi)
adalah keluargamu. Kami tidak mengetahui kecuali kebaikan.“ Dan ada pula yang
mengatakan: “Engkau tak perlu bersedih, masih banyak wanita (lainnya). Tanyakan
hal itu kepada pelayan perempuan (maksudnya Barirah). Ia pasti memberi
keterangan yang benar kepada anda!“
Rasulullah saw
lalu memanggil pelayan perempuan bernama Barirah, dan bertanya: “Apakah kamu
melihat sesuatu yang mencurigakan dari Aisyah?“ Ia mengabarkan kepada Nabi saw,
bahwa ia tidak mengetahui Aisyah kecuali sebagai orang yang baik-baik. Kemudian
Nabi saw berdiri di atas mimbar dan bersabda:
“Wahai kaum
Muslimin! Siapa yang akan membelaku dari seorang lelaki yang telah menyakiti
keluargaku? Demi Allah, aku tidak mengetahui dari keluargaku kecuali yang baik.
Sesungguhnya mereka telah menyebutkan seorang lelaki yang aku tidak mengenal
lelaki itu kecuali sebagai orang yang baik.“
Sa‘ad bin Muadz
lalu berdiri seraya berkata: “Aku yang akan membelamu dari orang itu wahai
Rasulullah saw! Jika dia dari suku Aus, kami siap penggal lehernya. Jika dia
dari saudara kami suku Khazraj maka perintahkanlah kami, kami pasti akan
melakukannya.“ Maka timbullah keributan di masjid sampai Rasulullah saw
meredakan mereka.
Aisyah ra
melanjutkan: “Kemudian Rasulullah saw datang ke rumahku. Saat itu ayah-ibuku
berada di rumah. Ayah-ibuku menyangka bahwa tangisku telah menghancurluluhkan
hatiku. Sejak tersiar berita bohong itu Nabi saw tidak pernah duduk di sisiku.
Selama sebulan beliau tidak mendapatkan wahyu tentang diriku. Aisyah ra
berkata: “Ketika duduk Nabi saw membaca puji syukur ke Hadirat Allah swt lalu
bersabda: “Hai Aisyah, aku telah mendengar mengenai apa yang dibicarakan orang
tentang dirimu. Jika engkau tidak bersalah maka Allah swt, pasti akan
membebaskan dirimu. Jika engkau telah melakukan dosa maka mintalah ampunan
kepada Allah swt dan taubatlah kepada-Nya.“ Seusai Rasulullah saw mengucapkan
ucapan itu, tanpa kurasakan air mataku tambah bercucuran. Kemudian aku katakan
kepada ayahku: “Berilah jawaban kepada Rasulullah saw mengenai diriku“ Ayahku
menjawab: “Demi Allah, aku tidak tahu bagaimana harus menjawab.“ Aku katakan
pula kepada ibuku: “Berilah jawaban mengenai diriku.“ Dia pun menjawab: “Demi
Allah aku tidak tahu bagaimana harus menjawab:“ Lalu aku berkata: “Demi Allah,
sesungguhnya kalian telah mendengar hal itu sehingga kalian telah
membenarkannya. Jika aku katakan kepada kalian bahwa aku tidak bersalah Allah
Maha Mengetahui bahwa aku tidak bersalah kalian pasti tidak akan
membenarkannya. Jika aku mengakuinya Allah Maha Mengetahui bahwa aku tidak
bersalah, pasti kalian akan membenarkan aku. Demi Allah aku tidak menemukan
perumpamaan untuk diriku dan kalian kecuali sebagaimana yang dikatkaan oleh
bapak Nabi Yusuf as :
“Sebaiknya aku bersabar. Kepada Allah swt sajalah aku mohon pertolongan atas apa yang kalian lukiskan,“ QS Yusuf : 18
“Sebaiknya aku bersabar. Kepada Allah swt sajalah aku mohon pertolongan atas apa yang kalian lukiskan,“ QS Yusuf : 18
Aisyah ra
berkata : Kemudian aku pindah dan berbaring di tempat tidurku.
Selanjutnya
Aisyah berkata: Demi Allah, Rasulullah saw belum bergerak dari tempat duduknya,
juga belum ada seorang pun dari penghuni rumah yang keluar sehingga Allah
menurunkan wahyu kepada Nabi-Nya. Beliau tampak lemah lunglai seperti biasanya
tiap hendak menerima wahyu Ilahi, keringatnya bercucuran karena beratnya wahyu
yang diturunkan kepadanya. Aisyah berkata: Kemudian keringat mulai berkurang
dari badan Rasulullah saw lalu beliau tampak tersenyum. Ucapan yan pertama kali
terdengar ialah: “Bergembiralah wahai Aisyah, sesungguhnya Allah telah
membebaskan kamu.“ Kemudian ibuku berkata: “Berdirilah (berterimahkasihlah)
kepadanya.“ Aku jawab :
“Tidak! Demi
Allah, aku tidak akan berdiri (berterima kasih) kepadanya (Nabi saw) dan aku
tidak akan memuji kecuali Allah. Karena Dialah yang telah menurunkan
pembebasanku.“
Aisyah ra
berkata: Kemudian Allah menurunkan firman-Nya :
“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu, bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar…. Sampai dengan ayat 21 … „ QS an-Nur : 11-21
“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu, bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar…. Sampai dengan ayat 21 … „ QS an-Nur : 11-21
Aisyah
melanjutkan: Sebelum peristiwa ini ayahku membiayai Mastha karena kekerabatan
dan kemiskinannya. Tetapi setelah peristiwa ini ayahku berkata: Demi Allah,
saya tidak akan membiayainya lagi karena ucapan yang diucapkan kepada Aisyah.
Kemudian Allah menurunkan firman-Nya :
“Dan janganlah
orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah
bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya). Orang
–orang miskin dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, dan hendaklah
mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah
mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.“ QS An-Nur :
22
Lalu Abu Bakar
berkata : Demi Allah, sungguh aku ingin mendapatkan ampun Allah. Kemudian ia
kembali membiayai Masthah.
Kemudian Nabi
saw keluar dan menyampaikan khutbah kepada orang-orang dan membacakan ayat-ayat
al-Quran yang telah diturunkan mengenai masalah ini. Selanjutnya Nabi saw
memerintahkan supaya dilakukan hukum hadd (dera) kepada Masthah bin Utsatsah,
Hasan bin Tsabit dan Hamnah binti Jahsy karena mereka termasuk orang-orang yang
ikut menyebarluaskan desas-desus berita fitnah tersebut.
Beberapa ibrah
:
Berikut ini kutipan
apa yang dikatakan oleh Dr. Muhammad Abdullah Duraz di dalam kitabnya :
An-Naba‘ul Azhim, menjelaskan hakekat ini: “Tidakkah kaum Munafiq geram dengan
membuat berita bohong tentang istri Nabi saw, Aisyah ra, Sementara wahyu pun
diperlambat penurunannya sekian lama dan orang-orang pun ramai membicarakan,
sampai hati terasa telah mencapai kerongkongan. Sedangkan Nabi saw sendiri
tidak dapat bertindak apa-apa kecuali berkata dengan penuh hati-hati: “Saya
tidak mengetahui Aisyah kecuali orang yang baik-baik.“ Kemudian setelah berusaha
secara maksimal dengan bertanya dan meminta pandangan para sahabatnya, setelah
lewat sebulan penuh dan orang-orang pun telah menyatakan: “Kami tidak melihat
adanya kejahatan sedikit pun pada dirinya (Aisyah ra), Nabi saw masih tetap
tidak melakukan tindakan apa-apa kecuali berkata kepadanya :
“Hai, Aisyah! Aku telah mendengar tentang apa yang digunjingkan orang tentang dirimu. Jika engkau tidak bersalah maka Allah pasti akan membebaskan dirimu. Jika engkau telah melakukan dosa maka mintalah ampunan kepada Allah!“.
“Hai, Aisyah! Aku telah mendengar tentang apa yang digunjingkan orang tentang dirimu. Jika engkau tidak bersalah maka Allah pasti akan membebaskan dirimu. Jika engkau telah melakukan dosa maka mintalah ampunan kepada Allah!“.
Ucapan ini
merupakan cetusan kata hatinya. Ia adalah ungkapan seorang yang tidak
mengetahui alam ghaib dan ucapan orang yang jujur, yang tidak memperturutkan
prasangka dan tidak mengatakan sesuatu yang tidak diketahuinya. Setelah
mengucapkan kalimat tersebut dan belum sempat beranjak dair tempat duduknya,
turunlah awal surat An-Nur yang menjelaskan ketidak-bersalahan Aisyah ra dan
menyatakan kesuciannya.
Apakah kiranya
yang menghalangi Nabi saw untuk menyatakan ketidak-bersalahan Aisyah sejak hari
pertama dan mengatakan sebagai wahyu dari langit, guna membantah para pendusta
itu? Tetapi, dia tidak pernah punya niat untuk berdusta kepada manusia dan
Allah :
“Seandainya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, niscaya benar-benar Kami pedang dia pada tangan kanannya. Kemudian sekali-kali tidak ada seorang pun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami) dari pemotongan urat nadi itu.“ QS al-Haaqqah : 44-47
“Seandainya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, niscaya benar-benar Kami pedang dia pada tangan kanannya. Kemudian sekali-kali tidak ada seorang pun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami) dari pemotongan urat nadi itu.“ QS al-Haaqqah : 44-47
Adakah Aisyah
ra orang yang pertama kali memahami kedua hakekat ini, sehingga segera
mentauhidkan Allah dan memberikan ubudiyah hanya kepada-Nya dengan melupakan
segala sesuatu dan siapa pun selain-Nya. Oleh karena itu, dia menjawab ibunya
ketika meminta agar dia berdiri mengucapkan terimah kasih kepada Nabi saw,
seraya berkata: “Aku tidak akan berdiri (berterima kasih) kepadanya dan aku
tidak akan memuji kecuali kepada Allah, karena Dia-lah yang membebaskan aku.“
Pernyataan
Aisyah ra sepintas tampak kurang layak diucapkan di hadapan Nabi saw. Tetapi
situasi dan kondisi pada saati itu mendorong keluarnya ucapan tersebut.
Penuturan kalimat itu keluar atas dorongan keadaan yang telah dibentuk oelh
Hikmah Ilahiyah untuk memperteguh Aqidah kaum Muslimin dan membantah kedustaan
orang-orang munafiq, serta menampakkan makna tauhid dan ubudiyah yang utuh
kepada Allah semata.
Demikianlah
kisah berita bohong ini telah mengandung hikmah Ilahiyah yang bertujuan
memantapkan Aqidah Islamiyah dan membersihkan segala bentuk keraguan yang
mungkin dapat menyentuhnya. Itulah makna kebaikan yang diungkapkan oleh Allah
dalam firman-Nya :
“Janganlah kamu mengira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu.“ QS An-Nur : 11
“Janganlah kamu mengira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu.“ QS An-Nur : 11
[Dikutip dari buku Sirah Nabawiyah karangan Dr.
Muhammad Sa`id Ramadhan Al Buthy, alih bahasa (penerjemah): Aunur Rafiq Shaleh,
terbitan Robbani Press]
0 komentar:
Posting Komentar